demon search engine

Loading

Senin, 20 September 2010

bercerita saat sedang sakit

Apa kabar selaluadacerita? Itulah sebutan buat halaman blog saya ini. Sebentar!! Halaman ini seaslinya bernama selaluadacerita apa tidakadalagicerita sih? Saya sebagai pemilik disini, menyatakan bahwa "saya juga bingung". Kenapa musti disebut halaman ya? Halaman facebook, halaman blog, halaman friendster, dll. Lalu bagaimana dengan halaman buku? halaman rumah? Aaah persetan dengan ini, saya juga tidak mau terlarut dalam teka-teki tentang kata "halaman".
Sejatinya malam ini saya sedang sakit (maaf sedikit curhat), namun apa daya, saya tidak bisa tidur. Saya juga aneh sama diri saya, padahal saya ngerokok terus, sering telat makan, naik motor tanpa menggunakan pakai jaket, tapi kok saya bisa sakit ya? Ingin rasanya bertanya kepada dokter tapi saya takut disuruh bayar. Kalau kata orang-orang jaman sekarang "hari gini mana ada yang geratis, kencing aje bayar".

Saya ingin sedikit bercerita tentang kegiatan saya tadi sore. Tadi sore saya pergi untuk bertanding sepak bola dan saya berangkat bersama seorang kawan, berboncengan menggunakan sepeda motor. Nama kawan saya ini Mohammad Syaiful Gufron (selanjutnya disebut MSG. terbaca seperti salah satu bumbu dapur, tidak masalah) dan dia sangat ngebut sekali saat berkendara tadi sore, hingga suatu ketika kami hampir menabrak seorang tukang siomay yang sedang melintas dengan menggunakan sepeda. Sangat tidak relevan dan tidak lucu apabila kami sampai di lapangan sepak bola dengan berlumuran bumbu kacang, saus, dan kecap. namun beruntung hanya lampu depan saja yang rusak pada motor yang kami gunakan, tuas rem nya masih berfungsi dengan baik. Rasa-rasanya kawan saya ini terobsesi dengan Valentino Rossi, atau mungkin Sete Gibernau. Hampir saja saya berpikir untuk menulis surat wasiat diatas motor.

Sesampainya di lapangan sepak bola, saya merasa dijebak oleh kawan saya se tim, saya dijebak lewat seragam tim. Sebagian besar dari tim kami memakai seragam Manchester United (selanjutnya disebut MU), walaupun sebagian tidak memakai seragam MU, si sebagian ini memakai kaos berwarna merah. Saya juga lupa si sebagian ini orang mana, bapaknya siapa, rumahnya dimana. Saya tidak sempat berjabat tangan untuk berkenalan pada saat itu. Bingung kan baca tulisan saya? Nggak ngerti kan? Yaa maklumlah, kan saya sudah tulis tadi diatas sana kalo saya sedang sakit. Semua berwarna merah, sedangkan saya hanya menggunakan kaos oblong murahan yang dibelikan oleh ibu saya di pasar minggu yang berwarna abu-abu. Sebelumnya tidak ada konfirmasi kepada saya tentang dresscode.
Pas saya lihat tim lawan, mereka tidak ada yang kurus, saya bak melihat sekumpulan ternak babi yang melarikan diri dari rumah ternak babi. Lucunya mereka, cubby (gitu gak sih tulisannye?) dan sepertinya mereka tidak kurang dalam mengkonsumsi makanan berlemak. Walhasil mereka cukup kerepotan dalam mengejar saya saat saya sedang menggiring bola ke daerah pertahanan mereka. Dan memang kecepatan saya dalam berlari sudah diakui seantero tebet, pancoran, pengadegan, dan jatinangor (ini bukannya sombong, tapi hanya sebagian dari ulasan saya).

Pertandingan berakhir, tim ternak babi ditekuk habis oleh tim kostum MU + kaos oblong pasar minggu dengan skor 1-3. Dipertandingan ini saya menyumbang satu gol dan satu asist (sekali lagi, ini bukan sombong, tapi hanya ulasan pertandingan). Begitu juga dengan MSG, kawan saya tadi, dia juga menyumbang satu gol dan satu asist.
Seorang kawan tim saya yang notabennya baru saya kenal di pertandingan itu, berkata kepada saya "lo lari kayak naik ojek mon gw liatin daritadi, kenceng amat hahahaha" dia pikir itu lucu. Ingin sekali saya memberitahukannya bahwa dari lahir saya sudah bisa langsung naik sepeda, tapi saya takut dibilang sombong, akhirnya saya hanya tersenyum.
Saat perjalanan pulang menuju rumah, kawan saya yang terobsesi dengan Valentino Rossi ini tadi tidak lagi ngebut, sepanjang perjalan pulang saya terus memecah konsentrasinya agar tidak ngebut dengan terus mengajaknya ngobrol, dan itu lumayan berhasil.


Hingga saat itu saya masih tersenyum dan senang dengan keadaan saya, kehidupan saya. Sampai akhirnya mendapat kabar yang entah kenapa kurang berkenan di hati saya. Saya bercerita kepada MSG tentang masalah (saya menganggap ini sebagai masalah) yang baru saja saya dapat, tapi MSG ini hanya tertawa cekikikan mendengar cerita saya sambil mengunyah pecel ayam. Keparat sekali dia.

Hingga akhirnya kami pulang ke rumah masing-masing, otak saya masih terpaku pada masalah yang baru saja saya dapat. Selepas itu saya berangkat ke jatinangor dengan hati yang berselimut bimbang dan gundah gulana. Belum genap 1 jam saya tersenyum, saya sudah harus terjaga lagi dari senyuman itu.

Saya seperti melihat jalan yang berliku, curam, berlubang, banyak kerikil tajam, dan penuh ranjau yang siap menghadang saya di depan sana. Dari awal sampai detik ini, saya hampir-hampir saja selalu dibuat gila. Namun akhirnya saya berfikir, jalan tetaplah sebuah jalan, jalan dibuat untuk dilewati, bukan untuk ditakuti dan dihindari. Menudukkan kepala dan menancapkan bendera putih bukanlah sesuatu yang harus saya lakukan. Semoga Tuhan selalu menuntun saya. Semoga ini tidak berakhir dengan kegetiran.


Ekspektasinya adalah saya akan tetap melangkah melewati jalan itu untuk MENUJU TUJUAN AWAL PERJALANAN SAYA!!

Tidak ada komentar: