demon search engine
Minggu, 13 Desember 2009
Cinta Buta
Sejak ia menjadi buta, ia merasa terasing dari lingkungannya.
Ia merasa tidak ada seorang pun yg memperhatikan atau menyayanginya.
Hingga kemudian hadirlah Rani dalam kehidupan Rudi.
Rani sangat sayang dan perhatian pada Rudi.
Ia tidak pernah mempermasalahkan kebutaan Rudi sebagai suatu kekurangan yg berarti.
Ia sungguh-sungguh mencintai Rudi dengan tulus.
Suatu hari berkatalah Rudi kepada Rani.
Rudi : Ran, mengapa kamu begitu menyayangiku?
Rani : hmmm..entahlah. . aku tidak pernah tau alasan mengapa aku begitu menyayangimu. yg aku tahu, aku benar-benar tulus menyayangimu Rud. (tersenyum)
Rudi : tapi aku kan buta. apa yg bisa aku perbuat untukmu? apa yg bisa aku berikan buatmu?
Rani : Rudi, aku tidak mengharap apapun darimu. buatku, kamu bisa ceria setiap hari dan menyayangiku dengan tulus itu sudah cukup. aku senang ketika kau merasa senang.
Rudi : (terharu) belum pernah ada orang yg begitu menyayangi aku yg buta seperti ini.
Rani : (menggenggam tangan Rudi sambil tersenyum)
Rudi : Rani, kalo sampai suatu saat nanti aku bisa melihat lagi, aku pasti akan menikahimu. karena hanya kamu satu-satunya orang yg dengan tulus menyayangiku.
Rani : benarkah.?
Rudi : iya. aku janji. kalau suatu saat nanti aku bisa melihat, PASTI aku akan menikahimu.
Rani : (terharu) terima kasih Rudi. aku sangat menyayangimu.
Rudi : (tersenyum) ya. aku tahu itu. aku juga sangat menyayangimu Rani.
singkat cerita..
Rudi melakukan operasi cangkok mata dan berhasil. Rudi pun mampu melihat lagi dan tidak sabar untuk segera menemui Rani.
Pergilah Rudi mencari Rani untuk menemuinya.
sampai akhirnya berhasil menemukannya.
Namun...
alangkah terkejutnya Rudi mengetahui bahwa ternyata Rani adalah seorang gadis buta.
Rudi tidak bisa menerimanya. Rudi pun menolak Rani dan melupakan semua janjinya kepada Rani.
Rani : Rudi, bukankah kamu sudah berjanji akan menikah denganku?
Rudi : ummm....(bimbang) ya memang aku pernah berkata begitu, tapi tidak dengan keadaanmu yg seperti ini.
Rani : Bagaimana mungkin kamu mengingkari janjimu sendiri? bukankah kau bilang hanya aku satu-satunya orang yg menyayangimu?
Rudi : eeeerr...maaf Rani, tapi aku tidak bisa menikah dengan gadis buta. maaf.
Rudi pun pergi meninggalkan Rani.
Rani yang kecewa dan merasa dikhianati, memilih untuk bunuh diri.
Saat ia ditemukan meninggal, ada sepucuk surat disakunya.
"Sayangku Rudi
Memang tidak banyak yg bisa aku berikan padamu..
tidak banyak yg bisa aku lakukan untukmu...
Namun.. aku sungguh-sungguh tulus menyayangimu. ..
Semoga kedua mataku itu bisa berguna bagimu..
bisa membawakan terang dan keceriaan dalam hidupmu kembali.."
Kadang kala kita tidak boleh melihat
sesuatu hanya dengan mata. melainkan juga dengan hati kita..
Mata itu bisa menipu, namun hati tidak..
kata hati selalu merupakan kejujuran terdalam dalam hidup manusia..
Senin, 07 Desember 2009
Apakah Tuhan itu ada?
Apakah Tuhan menciptakan kejahatan?
Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertanyaan ini, "Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?".
Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia yang menciptakan semuanya".
"Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya professor sekali lagi.
"Ya, Pak, semuanya" kata mahasiswa tersebut. Profesor itu menjawab,
"Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan.
Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan."
Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut.
Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.
Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata,
"Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?"
"Tentu saja," jawab si Profesor
Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah dingin itu ada?"
"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada.
Kamu tidak pernah sakit flu?" Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.
Mahasiswa itu menjawab, "Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada.
Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas.
Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali.
Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu
tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.
Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada?"
Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada."
Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Pak.
Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya.
Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak.
Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna.
Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap.
Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya diruangan tersebut.
Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."
Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu ada?"
Dengan bimbang professor itu menjawab, "Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya.
Kita melihat setiap hari, Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan."
Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi Anda salah,
Pak. Kajahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan.
Seperti dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan.
Tuhan tidak menciptakan kajahatan. Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia.
Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya."
Profesor itu terdiam.
(Nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein).
Rabu, 02 Desember 2009
orange vs biru
spontan gw langsung nengok dong.. gini ya, gw anak jakarta dan notabennya the jak itu pasti anak jakarta dan anak jakarta disini sering disangkut pautkan dengan the jak walaupun yang namanya anak jakarta itu belum tentu the jak, sekalipun dia jago ataupun suka maen bola (kayak gw lah contohnya.. hhe..) dan kebetulan gw juga suka maen bola. jadi gak heran dong gw nengok. bener aja, ternyata yang teriak itu anak angkatan 2007 yang gw yakin arah teriakannya dimaksudkan untuk gw, karena pas gw nengok gitu gw sempet eye contact sama dia sampe akhirnya dia buang muka. tadinya mau langsung gw samperin ke tengah lapangan, tapi gw setelah pikir-pikir.... anjing temennya banyak banget, ada kali 20 orang doang mah, bisa kayak tai dirubung laler gw nanti. bisa aja anak-anak 2007 itu bersikap banci dan ngeroyok gw, bisa jadi kan?. jadi gw putusin buat senyum aja pas gw lagi eye contect sama orang itu. pas gw inget-inget lagi, ternyata ini anak nih emang pernah mau dipukulin ama anak-anak 2006, gara-gara maen bola juga, tapi itu udah lama banget.
setelah gw fotokopi bahan tugas, gw pulang ke kontrakan trus langsung nelfon temen gw yang angkatan 2007, namanya rere. nah rere ini pacarnya temen gw yg seangkatan ama gw, 2006 juga. rere ini cewe (biar jelas aja zzzZZz..). walaupun rere ini angkatan 2007 tapi dia lebih deket sama angkatan 2006.
ditelpon
gw : dimana re?
rere : dilapangan kickers. knapa mon?
gw : lo masih inget yg taun lalu yg angkatan lo mau brantem sama angkatan gw?
rere : oh iya, yg dilapangan gede?
gw : iya. nah anak angkatan lo yg mau dipukul sama anak 2006 itu siapa namanya re?
rere : knp emangnya mon?
gw : nanya aja.
rere : knp dulu. baru gw kasih tau..
gw : udah deh, gw cuma nanya.
rere : bilang dulu kenapa..
gw : tadi gw diteriakin di kampus!!
rere : oh iya? ngatain apa dia?
gw : the jak anjing katanya.
rere : oh gitu.. namanya Ode. lah trus gimana mon?
gw : besok mau gw ajak brantem.
tapi emang ye kalo yang namanya gosip, cepet banget nyebarnya. malemnya temen-temen seangkatan gw udah banyak aja yang sms ke gw.
"udah den, hajar aja besok"
"den, lo jadi ribut besok?"
"tenang den, besok gw yang atur semua, lo tinggal brantem aja"
"den, lo jadi sparing ama anak 2007?"
ya mungkin karena gw tampan rupawan menawan dan dermawan kali ya?? hehehe.. tapi gw jadi gak enak juga nih, kesannya gw udah pengen banget berantem, padahal baru gitu-gitu doang. tapi kalo misalnya gak jadi berantem nih, temen gw banyak yg kecewa pasti. haduuuhh.. puyeng juga kan. mana ada satu sms dari temen gw yang bikin gw agak ragu nih hehe.. gini isi sms nya:
"den, lo serius mau ribut sama dia? ati2 den, dia karate ban item"
hmmm.. penyakit, bisa abis nih gigi atas gw. ah tapi bodo amat dah, tinggal kerumah sakit hehe.. mungkin karena agak skut juga kali gw ye, seharian tuh gw push up, sit up, back up, ama angkat barbel terus. persiapan hahaha... tai kucing!!
besoknya gw telat bangun tidur, jadi agak siang ke kampusnya. dan.... lagi lagi sudah banyak sms yang masuk ke hp gw. gak jauh beda isi nya ama yang malem.
"den, jadi gak nih? anak-anak udah nunggu di gedung D"
"den, jadi mukulin anak orang gak?"
"den, jadi gak sparingnya?"
"den, buru ke kampus, kumpulin tugas" (kalo yang ini agak keluar dari topik hehe..)
yaudahlah gw ke kampus tuh.. bener aja dong, anak-anak 2006 udah pada ngumpul di gedung D (atleast anak-anak bergajulan yang kerjanya ketawa-ketawa ama molor doang di kelas). pas gw dateng, kita semua langsung kompromi nih, mau langsung serang aja apa nunggu mereka (anak 2007) selesai maen bola. soalnya bukan gw doang yang punya masalah yang laen tuh juga banyak yang gak suka ama anak-anak angkatan 2007. jadi tuh kita emang sering punya masalah ama anak-anak itu.
akhirnya kita putusin untuk gw aja yang nanti nyamperin itu anak yang namanya Ode, nanti misalnya gw dikeroyok, barulah anak-anak 2006 nyerang semua dari arah kantin. beuuhh.. seru abis tuh kayaknya. tawuran antar angkatan, begitulah kira-kira. dari gedung D, anak-anak 2006 jalan ke kantin lewat lapangan voli yang lagi dipake maen bola sama anak-anak 2007. kita semua jalan se enak jidat, lewat tengah-tengah, mayan buat mancing-mancing kerusuhan hahaha..
tapi mereka gak kepancing. sial!! akhirnya kita semua mantau dari kantin tuh, kan kantin ama lapangan voli adep-adepan tuh.. setengah jam kita tunggu, tapi mereka masih aja maen bola, akhirnya gw langsung samperin aja, karena anak yang bersangkutan juga lagi duduk doang, kagak maen bola. gw keluar kantin dan langsung gw samperin itu anak. pas gw samperin niiih.. anjeeeng!!!! gede juga badannya!! agak jiper juga tuh gw, ah tapi tanggung pikir gw. tetep gw samperin tuh. gw jatohin tas dan langsung gw ngomong depan congornya.
gw: lo ngatain gw kemaren?
anak itu: ngatain apa? nggak. aku aja gak kenal sama kamu, ngapain aku ngatain kamu?
ngomongnya "aku kamu" aja dong!!! ahahahaha... anjing.. langsung pengen ketawa sambil salto gw. tapi gw tahan ketawa gw, muka gw tetep serius.
gw : jah.. gini nih.. banci. kalo udah disamperin, ngeles-ngeles aja.
anak itu : emang aku ngatain apa?
gw : lo ngatain gw the jak anjing kmaren. gak usah sok lupa deh lo.
anak itu : ya terus emang kamu the jak?
gw : yaa.. enggak juga sih.
anak itu : yaudah atuh. trus masalahnya apa? (sambil senyum2 minta dibakar)
gw : jaah.. gak usah senyum senyum deh lo. brantem yuk..
anak itu : yeh.. ada apa emang? (masih senyum2)
gw : cara lo ngeliat gw kayak ngajak berantem. lo kalo gak suka ama gw, bilang aja. brantem kita sekarang, gak usah bawa2 the jak.
anak itu : anak-anak sini (anak-ank 2007) emang biasa kali ngomong gitu. yang laen juga biasa ngomong gitu.
gw : gak usah banyak mulut deh lo. lo nantang gw kmaren, sekarang lo ngeles-ngeles. jangan kayak banci dong mas. (udah mulai pake urat tuh gw ngomongnya)
anak itu : yaudah kamu mau apa sekarang? (doi juga udah mulai pake urat)
gw: yaudah brantem yuk ama gw..
anak itu cuma senyum2 minta diinjek. berasa kalo dia orang situ kali ye.. disangka gw takut kali tuh. gak lama nih, udah ada yang mulai ngerangkul2 gw dari belakang. pas gw nengok.. buseeeettt... ada kali tuh 15 orang anak 2007 udah ngelilingin gw.
'wey wey.. apa-apaan nih. anjing lo ye.. lepas gak!?' gw bilang ama anak yang ngerangkul gw, nada gw santai banget tuh. kata anak itu, 'ngges atu den, tong ribut-ribut lah.' masih ngerangkul gw tuh. 'yee lo apa? gw gak ada masalah ye ama lo. masalah gw ama temen lo itu ya. lepas gak tangan lo!?' gw masih santai lagi tuh ngomongnya. tiba-tiba ada yang ngomongnya agak nyolot. 'eh, tong pake anjing ngomong na!!' kata salah satu anak yang ada disitu. 'eh lo anjing lo ye.. gw gak ngomong sama lo tau gak? atau gak lo aja yang brantem ama gw. gmn?' kata gw udah mulai pake urat lagi. anak itu ngejawab 'bukannya gitu, gak enak aja didengernya' ngomongnya sambil nunduk-nunduk.
berhasil juga gertakan gw hahaha..
wah udah macem-macem dah tuh omongannya. ada yang bilang 'santai bos, santai' 'kalem atuh den'
wah udah mulai crowded banget tuh..
akhirnya... temen-temen gw anak 2006 mulai pada turun dari kantin. sekitar 8 sampe 10 orang lah. mereka mulai ikut menuhin lapangan voli. dalam hati gw nih 'hmm.. cakep! bala bantuan datang, jadi nih tawuran'.
'apa-apaan nih, jadi pada mau maen kroyokan??'tereak tuh temen gw yang namanya grandong. buset lo kalo liat ini orang, kabur pasti. serem banget nyet. namanya aja udah grandong.
anak 2007 ada yang nyamperin grandong. trus ngomong gini 'eh santai bos, gak ada yang maen kroyokan disini'.
grandong jawab lagi 'trus apa-apain nih temen gw di kelilingin gitu? biar aja dia ngomong berdua, brantem berdua. tapi kalo mau ribut semua, sok sini kita ladenin!!
wah udah kacau tuh, kata-kata kotor keluar semua. bahasa kotornya dari masing-masing daerah. ada yang ngomong pante, pepek, kirik, anying.
teriakan-teriakan provokasi juga semakin menjadi-jadi. 'eleuh.. ngajak gelut sia!!?' 'wey, anjiang, sini kau!pepek!!'
ini ibarat kanker mah udah stadium 3 (stadium 4 nya kalo udah ada satu orang yang kena pukul).
gw masih ngoceh di depan congornya anak yang mau gw ajak brantem.
'gimana? jadi gak? banci amat sih lo. badan segede itu juga.' kata gw.
tapi anak itu masih juga belom nge iya in ajakan gw. gak enak juga kalo langsung gw pukul, ntar langsung stadium 4 dong? ya gak? hehe.. nanti gw pula yang di DO dari kampus. nangis emak bapak gw.. sampe akhirnya ada yang bisik-bisik katanya ada dosen ngeliatin. kita semua agak misah. anak 2006 ke arah kantin, anak 2007 ke arah pohon dipinggir lapangan. abis itu liatliatan deh tuh.. daripada kena DO beneran, kelar juga hidup gw.
to be continue...
Jumat, 30 Oktober 2009
senja
wanita tua, "sebaiknya kamu ambil tongkat itu lalu pergi untuk tidur."
lelaki tua itu tidak menjawab dan masih terus duduk sambil menggoyangkan kursinya. goyangan dari kursi itu menimbulkan suara yang sangat khas. suara yang perlahan dan terus berulang-ulang. sangat begitu khas.
wanita tua, "tau kah kamu, wajah mu, semakin banyak garis kerut yang melintang di dahi mu."
lelaki tua, "ya.. begitu juga kamu. setidaknya kamu masih tetap disini."
sambil tetap meneruskan sulamannya pada kain, wanita tua itu tersenyum kecil mendengar perkataan lelaki tua. sesekali membenarkan posisi kacamata yang terpasang di wajahnya.
wanita tua, "kau masih sama seperti dulu, masih tetap membuat ku selalu tersenyum."
lelaki tua itu lalu meminum kopi yang ada di meja samping dimana ia duduk.
lelaki tua, "dan kamu masih terus bisa membuat kopi untuk aku minum. hanya saja rambut mu yang semakin memutih."
senja semakin memerah, diikuti matahari yang semakin menepi.
wanita tua, "kamu masih bisa dengan jelas melihat langit itu?"
pria tua, "tidak ada yang berubah dari langit itu, dia masih terlihat jingga."
wanita tua itu hanya terkikih kecil mendengar perkataan sang lelaki tua. lalu memutuskan untuk terus menyulam kain yang ada dipangkuannya.
wanita tua, "kehidupan berjalan layaknya hari. terus berputar, dari pagi menuju senja lalu beranjak untuk malam. sudah tidak banyak lagi yang bisa aku lakukan saat ini."
lelaki tua, "setidaknya kamu masih bisa menyulam pakaian untuk ku."
adzan magrib mulai berkumandang dari surau-surau, disusul dengan tak terdengar lagi suara khas dari kursi goyang. lelaki tua itu sudah memejamkan matanya. wanita tua menaruh jarum jahit dan sulaman lalu berjalan untuk mengambilkan sebuah selimut.
Kamis, 08 Oktober 2009
Maria Sharapova

Maria Sharapova was born on April 19, 1987 in Nyagan, a town in the Siberian region of Russia. In 1989, the family moved to the Black Sea resort town of Sochi.
When she was 4 years old, a chance encounter changed her life. She met with the father of tennis champion Yevgeny Kafelnikov, and the man gave her a racket. From that moment, she started hitting tennis balls. The game soon became a passion for her.
Two years later, she was performing at a tennis clinic when another tennis champion changed her life. Martina Navratilova was in the building and she was flabbergasted by the talent of the 6-year-old. She went to her father, Yuri, and recommended that he take his daughter to the world-famous Bollettieri Tennis Academy in Florida.
sharapova moves to america
Soon after, this same advice was repeated by the head coach of the Russian Federation. Everyone agreed it was the best thing to do in light of Maria’s enormous talent. When she was only 7, Yuri took his daughter to the U.S. without knowing a word of English and with less than $1,000 in his pocket.
IMG, the sports management company, agreed to sponsor Maria and put up the $35,000 US per year it costs to stay at the Bollettieri Academy. Not knowing any English either, she was very shy and introverted.
While her father took odd jobs, Maria moved into the school dorm when she was 9. Sharing a room with three older girls, she quickly learned the language. Still, it was hard on her, especially since her mother, Yelena, remained in Russia because she couldn’t get the proper visa.
Two years later, her mother was finally able to come to Florida and be reunited with her daughter and husband. From that moment, she took it upon herself to educate Maria, who has never been in a formal school in her life.
maria’s smash hit
Her official tennis career began in 2001, when she joined the junior circuit. During that year, she won 25 matches and only lost three. In the process, she came away with three titles: Sacramento, Hilton Head and Pilsen in the Czech Republic.
The following season, Sharapova did even better on the junior circuit with 26 victories and, again, only three losses. She once more won three titles: Vancouver, Peachtree and Gunma in Japan. The same year, she was allowed to play a limited number of matches on the professional tour.
She won one match and lost two, including one against Monica Seles in the second round at Indian Wells, her first professional tournament. After all the results were tabulated, she was ranked 186th on the WTA charts.

sharapova’s year
By 2003, Sharapova had paid her dues and was able to play in the big leagues. She joined the WTA Tour and impressed everyone with her talent. For that season, she came away with 34 wins and a negligible 11 losses.
Sharapova also won two professional titles: Quebec City and the Japan Open. She also won two doubles titles with Tamarine Tanasugarn: Luxembourg and the Japan Open. When the season was over, her ranking had improved to place her at number 32.
In 2004, she stunned Wimbledon audiences when she beat champion player Serena Williams, making Sharapova the first Russian to win a Wimbledon singles title and the third-youngest women’s champion in history.

sharapova hits the books
At present, she is putting an end to her high school education through Keystone High, an online high school. She does photo shoots once in a while but her priority is tennis. Besides, she doesn’t need the money, as she has very lucrative endorsement deals with Nike, NEC and Prince. Sharapova currently resides in Bradenton, Florida.
Senin, 05 Oktober 2009
Feuerbach dan Karl Marx
Feuerbach: Kepercayaan manusia akan Allah berdasarkan dari keinginan hati manusia. Karena manusia sendiri tidak merasa bahagia di dunia ini dan mengalami berbagai-berbagai kekurangan, lalu manusia mulai membayangkan di luar dirinya suatu Wujud yang sama sekali sempurna dan tak pernah kekurangan, yaitu Allah. Manusia menciptakan Allah menurut citranya sendiri.
Agama hanyalah tanda keterasingan manusia tetapi bukan dasarnya. Keterasingan manusia adalah ungkapan keterasingan yang lebih mendalam. Agama hanyalah sebuah pelarian karena realitas memaksa manusia melarikan diri. ”Agama adalah realitas hakikat manusia dalam angan-angan kerena hakikat manusia tidak mempunyai realitas yang sungguh-sungguh. jadi, ”Agama sekaligus ungkapan penderitaan yang sungguh-sungguh dan protes terhadap penderitaan yang sungguh-sungguh. Agama adalah keluhan makhluk yang tertekan, perasaan dunia tanpa hati, sebagaimana ia adalah roh zaman yang tanpa roh. Ia adalah candu rakyat.
Rabu, 30 September 2009
tentara oh.. tentara

Dari kecil gw emang suka banget ama yang namanya film perang, film perang yang gw maksud itu film peperangan antar negara, kayak film kemerdekaan Indonesia, pokoknya yang ada tentaranya. Gw sangat tertarik dengan hal yang berbau tentara, mulai dari seragamnya, senjatanya, kendaraan-kendaraan tempurnya seperti tank, pesawat jet, kapal selam dan lain-lain. Mungkin dari situ juga gw mulai punya cita-cita jadi tentara, secara Pakde gw juga ada yang jadi tentara dan itu keren banget buat gw, sampe-sampe tuh gw make dompet tentara waktu gw masih SD, pokoknya gw terobsesi banget sama yang namanya tentara.
Semakin gede, semakin berumur, gw mulai mencari tau kenapa gw suka banget yang nama tentara/militer dan tentara/militer yang kayak gimana sih yang gw suka? dimata gw tentara itu gagah, pemberani, keren, dan pahlawan tentunya. saat SMP gw mulai membaca buku-buku tentang militer dan gw semakin terobsesi dengan militer. Gw mulai membaca tentang tokoh-tokoh militer dunia dan apa-apa aja yang udah mereka perbuat, mulai dari Stalin, Lenin, Napoleon, Che Guevara, Hitler dan masih banyak lagi.
Entah kenapa gw lebih suka tokoh-tokoh atau tentara-tentara dari negara yang berhaluan seperti komunis dan sosialis. kayak contohnya Hitler, gw nge-fans banget sama dia, mungkin karena gw menganggap mereka itu musuhnya Amerika dan dari kecil gw benci sama Amerika (walaupun gw akui tentaranya keren-keren senjatanya), gak tau juga ya.
Semakin gede gw, semakin gede pula rasa gw untuk jadi tentara, sampai akhirnya pas lulus SMA gw ikut seleksi buat masuk Akademi Militer. Tapi mungkin Tuhan berkehendak lain dan gw gak di terima diseleksi itu. walaupun begitu, cinta gw terhadap militer itu gak pernah luntur, gw tetep selalu terpukau kalo lagi ada berita ataupun parade yang menunjukkan tentang kemiliteran.
Gw salut sama Hitler dan NAZI (tentaranya) yang bisa melumpuhkan satu negara (Polandia) hanya dalam waktu 3 hari dan hampir saja menguasai seluruh Eropa. Gw kagum sama Stalin dan Red Army (tentaranya) yang bisa nahan serangan NAZI Jerman, bahkan mukul balik sampai akhirnya menang. Tapi gw prihatin sama TNI yang pesawatnya jatuh terus, yang kapal perangnya tenggelem mulu, yang tank-tank seumuran kakek gw.
Kok bisa ya? Indonesia katanya negara kaya, tapi alutsista nya lemah. Padahal kalo kita punya militer yang kuat, negara tetangga gak akan berani 'nyolek-nyolek' kita. yaaahh.. kalo kata gw sih dari pada buat beli laptop anggota DPR, mending uangnya buat beli peluru pesawat tempur kita, soalnya yang gw denger beberapa pesawat tempur Sukhoi kita belum ada pelurunya. Percuma aja punya pesawat tempur bagus, tapi gak ada pelurunya, kayak singa ompong, kadal juga berani kalo kayak gitu mah.
Tapi pemirsa jangan kecil hati dulu melihat alutsista kita, coba kita lihat tentara kita. Kabarnya, KOPASSUS dinobatkan menjadi pasukan elite yang menempati urutan ke tiga dunia setelah SAS (inggris) dan MOSSAD (israel). inilah sedikit fakta tentang KOPASSUS:
1. KOPASSUS memenangkan kejuaraan tembak sniper championship dengan menggunakan senjata buatan Indonesia.
2. KOPASSUS menduduki peringkat 2 dalam menjalankan operasi militer strategis seperti, intelijen, persiapan dan pergerakan, infiltrasi, dan penyerbuan. Peringkat pertama adalah DELTA force, USA.
3. 80% negara-negara di Afrika Utara pelatihnya dari KOPASSUS.
4. Pasukan Elite Kamboja sudah lama dilatih oleh KOPASSUS.
Kalian pasti bertanya-tanya, kenapa tentara dari negara Paman Sam tidak masuk urutan, karena tentara Amerika Serikat dianggap terlalu bergantung dengan senjata dan teknologi, begitu katanya.
Jadi kita tidak boleh sedikit bangga pada tentara Indonesia, tapi harus sangat bangga, karena KOPASSUS menjadi salah satu yang terbaik di dunia, bahkan mengalahkan pasukan elite dari Amerika Serikat sekalipun. Nah, tinggal bapak-bapak dan ibu-ibu yang duduk di Senayan itu yang harus memperbaiki anggaran TNI. Jangan beli laptop terus dong Pak, sekali-kali beli kapal selem gitu, masak kapal selem nya cuma ada di Palembang (mpek-mpek Palempang).
Rabu, 29 Juli 2009
benang

Benang kusut, benang yang dikusutkan membuatku berpikir untuk mencari cara mengurainya. Kali pertama sempat terpikir untuk menggantinya dengan benang yang baru, sama sekali baru. Namun kemudian teruyak pemikiran, apakah benang baru itu serupa dengan benang itu ?, adakah ke-khas-an yang sama ?. Benang yang dijalin dari kapas yang dipanen para pengrajin kapas dari pohon yang disemai pupuk organik, atau yang disemai dengan pupuk sintesis ?, yang dipilin dengan pemilin sederhana ataukah dengan mekanisasi pabrik sekaliber AKSARA ?, yang dipasarkan dengan juluran kabel elektronika ataukah dari desau penjaja yang santun ?. Adakah benang itu terlalu panjang membentang ?.
Benang, ya benang !!!, dengan realitasnya sendiri, utuh, seru para empiris, benang apapun pasti memiliki satu jiwa benang yang sama, desir idealis. Walah, benangku yang kusut atau yang aku kusutkan sendiri takkan pernah sama dengan benang kusut lainnya. Sekalipun helaiannya tak sekokoh tali jangkar kapal, sekalipun warnanya tak sebersih sun-clean, sekalipun bentangannya tak sepanjang tali baja jembatan Manhaattan yang ambruk Agustus 2007 lalu, dialah benangku. Yang merebakkan cerita dari kusut masainya, ruwet-ngamprednya. Pilinannya langsung menghujam ke ulu hati setiap kali berada diantara ujung telunjuk dan jempolku. Menjalarkan getaran-getaran aneh ke seluruh nadi, lantas memompa jantung dan otak. Akan kuurai seruwet apapun, segetas apapun, spucat apapun. Tidak untuk menyokong kancingku, men-som lipatan celanaku. Hanya kuurai saja, menjadikannya seperti semula, untuk kemudian kujalin pada aliran vena dan arteri, semerah darah !!!.
nuzul
_djatinangor280608
Jiwa
Jiwa, apakah susunan dari keping-keping dusta ?, sepetak halma beraneka warna yang disokong fondasi hitam-putih ?. Menakar setiap strategi dengan denting koin disisimu, yang memutar terus di otakmu. Bertaruh untuk mendapatkan hasil yang kau inginkan. Mencari pola agar terbaca, bahwa setiap tanya mengandung jawab, bahwa setiap perjuangan memerlukan pengorbanan !!!, menjijikkan !!!
Jiwa, tempat repihan rasa ditumbuhkan, seakan menghidupi, dibesarkan potensinya dalam derit waktu. Meruangkan dirinya sebagai celah, bilik, atau malah labirin tak bernama yang meninabobokan raga. Jika memang jiwa berada dalam hati sebagai materia, kukutuki satu organ tubuh itu sebagai tempat transit darah semata. Mendegup keras bila gelembung-gelembung ion kurang mencukupi kuota di rongganya. Dipompa adrenalin yang dijuluki hasrat.
Jiwa, sekali lagi, apakah susunan dari keping-keping dusta ??. Membobol otak tempat pikiran bersingasana. Merangsang indera berdasar jalinan neuron di cangkangnya. Gila!!!, kopi, gula, tembakau, aliran kata, dan sebagainya membumbungkan jelaga ke ujung pena. Melaritkan bait-bait purba bernama jiwa; yang darinya segala petaka dibela.

Dan untuk ketiga kalinya dari awal prosa ini, jiwa, apakah susunan dari keping-keping dusta ???, yang menjingkrakkanmu di atas panggung bernama sandiwara ?, memainkan rentetan lakon tanpa kenal lelah ?, malah menikmatinya ?.
Kutorehkan prosa ini karena segala kepercayaan yang tidak kupercayai atas nama jiwa menyeruak untuk menyangkalnya. Dan ia bernama jiwa. Yang berkali-kali kubunuh, terus tumbuh seperti gurita di Gamehouse Turtle Bay. Cukup Ya dan Tidak sebenarnya. Agar kekaburan ini makin mengabur. Karena Ya adalah sangkalan atas Tidak. Dan Jiwa adalah sangkalan bagi panca indera, musuh besarnya.
Tidaaakkkk!!!
nuzul
_djatinangor290508
Selasa, 09 Juni 2009
Lelaki Paruh Baya dan Tempayan Retak
Diceritakan desa dimana ia tinggal merupakan desa yang sering kali dilanda oleh kemarau panjang sehingga cukup sulit untuk mendapatkan air. Apabila kemarau datang, maka satu-satunya sumber air yang bisa didapat oleh masyarakat desa hanyalah dari mata air di kaki gunung yang letaknya ada di utara desa dan jaraknya cukup jauh. Dan sekarang adalah kemarau.
Seperti masyarakat desa lainnya, setiap hari lelaki ini harus pergi ke mata air untuk mengambil air guna kebutuhan sehari-hari, baik itu untuk kebutuhan diri sendiri maupun untuk kebutuhan ladang dan ternak. Setiap pagi lelaki paruh baya ini berangkat menyusuri jalan desa dengan berbekalkan tongkat dan dua tempayan untuk menampung air yang nanti dibawanya dari mata air. Ia menggunakan tongkat untuk memanggul air dalam tempayan yang diikatkan dimasing-masing sisi ujung tongkat.
Dua tempayan dan tongkatnya sudah terlihat tua dan lusuh karena sudah sangat lama tidak diganti dengan yang baru, bahkan salah satu dari tempayannya sudah retak. Tempayan yang retak itu memang sudah seharusnya diganti dengan tempayan yang baru karena tempayan retak itu tidak bisa lagi maksimal membawa air yang ia dibawa, tempayan itu selalu meneteskan air di sepanjang perjalanan pulang dari sumber air sampai rumah, sehingga hanya menyisakan setengah dari yang semula dibawa. Tapi entah apa yang ada dibenak lelaki paruh baya ini, ia tidak pernah mencoba untuk mengganti tempayan retak itu dengan yang baru, malah ia terlihat sangat menyayangi sekali tempayan retaknya itu, ia selalu saja tersenyum tiap kali memperhatikan tempayan retak miliknya.
Suatu hari, seperti biasa lelaki paruh baya ini berangkat untuk mengambil air di sumber air dan saat itu pula tempayan yang retak tadi masih saja meneteskan air sedikit demi sedikit di sepanjang perjalanan. Saat sampai dirumah, seperti biasa, tempayan itu meneteskan setengah dari yang seharusnya tempayan itu tampung. Lalu tempayan itu berbicara pada lelaki parah baya tersebut.
"Tempayan retak: [dengan nada sedih] Orangtua, maafkan aku. Aku tak lagi bisa memberikan yang terbaik untukmu."
"Lelaki paruh baya: Tidak masalah, Tempayanku. Walaupun saat ini kau selalu meneteskan separuh air dalam dirimu, setidaknya kau masih bisa membawa yang separuhnya lagi."
"Tempayan retak: [dengan sedikit heran] Mengapa kau tak ganti saja diriku dengan tempayan yang baru?"
"Lelaki paruh baya: Oh tentu tidak, tempayanku. Aku masih senang bekerja dengan dirimu. [lalu tersenyum]"
"Tempayan retak: Tapi lihatlah, aku selalu saja hanya bisa membawa separuh air dari yang seharusnya aku bawa. Tidakkah kau rugi dengan itu?"
"Lelaki paruh baya: Aku tidak pernah merasa rugi bekerja dengan mu, mengapa kau berpendapat seperti itu?"
"Tempayan retak: Aku malu dengan dirimu, aku tidak seperti tempayanmu yang satu lagi. Dia bisa membawa dengan baik air yang kau ambil dari sumber air, sedangkan aku hanya bisa memberikan setengah dari yang kau isikan kepadaku."
"Lelaki paruh baya: Apakah kau merasa sudah tidak berarti dan tak lagi berguna?"
"Tempayan retak: Ya, karena aku sudah retak. Aku tak lagi pantas mendampingimu mengambil air ke kaki gunung itu."
Melihat tempayannya sedih, maka lelaki paruh baya itu membawa tempayannya dan berjalan ke arah jalanan dimana jalan yang biasa dilaluinya untuk berangkat dan pulang mengambil air.
"Lelaki paruh baya: Sekarang coba kau lihatlah jalan arah utara, jalan menuju kaki bukit. Lihatlah sepanjang jalan itu. Lalu lihatlah dikedua sisi pinggir jalan tersebut. Lihatlah apa terjadi disana."
"Tempayan retak: [melihat kearah jalanan dan menatap jauh ke utara] Tidak terjadi apapun disana. Setiap hari aku melihat pemandangan itu dan menurutku tidak ada yang istimewa ataupun aneh."
"Lelaki paruh baya: Lihatlah kedua sisi pinggir jalan tersebut. Satu sisi jalan itu gersang dan mati, namun coba lihat diastu sisi lainnya, ditumbuhi oleh bunga-bunga yang cantik dan rerumputan yang hijau yang terus membentang menuju utara. Indah bukan? Tidakkah kau heran mengapa mereka bisa tetap hidup di desa kita yang kering ini? Sadarkah dirimu kalau kehidupan dari semua bunga dan rerumputan itu tergantung pada dirimu? Tiap siang, mereka menunggu kehadiranmu dari kaki gunung, dari sumber air. Setiap hari kau selalu meneteskan nikmat kepada mereka, sehingga mereka bisa bertahan hidup. Kau adalah harapan bagi mereka. Tuhan telah memilih dirimu untuk menyampaikan berkahNya kepada bunga dan rerumputan itu. Setelah melihat itu semua, masihkah kau merasa tidak berguna dan tak memiliki arti di dunia ini?"
Tempayan itu lalu tersenyum.
Kamis, 02 April 2009
Demonimisme-Buddhist

mengapa di dalam tempurung otak manusia hanya ada ambisi? obsesi? keinginan? nafsu?
mengapa manusia tidak pernah lelah mengejar hasrat?
mengapa manusia terus dibayang-bayangi oleh tujuan yang membuatnya terus berlari?
manusia selalu kecewa apabila yang diinginkan (harta, wanita, tahta, ilmu; yang se asli nya hanya kebagiaan dunia) tidak dapat capai. manusia selalu dikecewakan oleh dirinya sendiri akibat hasrat yang tak tercapai yang sesungguhnya hasrat itu diciptakan oleh manusia itu sendiri yang dikarenakan selalu berangan-angan. hal ini sering membuat manusia lelah, putus asa, kering semangat, bunuh diri. mereka terus berlari, tak pernah berhenti walau hanya sejenak untuk berfikir dan sadar apa yang sebenarnya mereka lakukan adalah sesuatu yang menyedihkan. Manusia hanya mengejar suatu tujuan yang sesungguhnya adalah kosong. terus terdorong untuk masuk kedalam jurang hasrat tanpa esensi. nirwana dan kesempurnaan tidak ada di situ kawan..
apakah kita masih memiliki ambisi apabila tak ada hasrat?
apakah hasrat masih tercipta apabila tujuan, keinginan, dan nafsu tak pernah ada?
obsesi anjing!!! obsesi bangsat!!! obsesi terkutuk!!!! mungkinkah itu semua pernah terucap apabila dari awal kita tahu semua ini hanyalah sesosok hantu tak nyata??
kita semua tahu jawabannya.

*segala isi yang adalah di dunia ini adalah hampa, maka bebaskanlah dirimu dari segala hasrat, dari sana kau akan merasa memiliki segalanya, karena isi adalah kosong, kosong adalah isi.
demon
_djatinangor100309
Buah Bibir dari Saritem
Mereka sampai di tempat lokalisasi Saritem sekitar pukul 02.00, mereka semua berkeliling dari satu gang ke gang lainnya, dari satu rumah ke rumah lainnya. 15 orang dari mereka, hanya 4 orang yang akhirnya berlabuh ke atas kasur (ngehaw coy..), termasuk Aki dan Gendut, mungkin mereka berdua benar-benar ingin bersenang-senang dihari ualng tahunnya. Sedangkan kawan-kawan lainnya menunggu di mobil.
Singkat cerita, saat di dalam rumah lokalisasi itu Aki tidur bersama seorang PSK bernama Sofhi. Sofhi adalah satu dari puluhan PSK yang ada di daerah lokalisasi Saritem.
Saat di dalam kamar, Aki sempat berbincang-bincang dengan Sofhi.
[di dalam kamar]
Aki : Kamu asli Bandung ya?
Sofhi : Iya, kok kamu tau sih? Kliatan ya dari cara ngomong aku?
Aki : Iya. Ehmm.. Kamu udah punya suami?
Sofhi : Belom.
Aki : Punya pacar?
Sofhi : Iya punya pacar.
Aki : Yaudah bayangin aja kalo aku ini pacar kamu.
Dan selanjutnya mereka 'melakukan' semuanya di atas ranjang empuk itu sambil kadang kala berbincang-bincang. Sepertinya Sofhi adalah seorang gadis PSK yang terbilang cukup ramah. Setelah dengan itu semua, mereka berdua segera membersihkan diri.
Sofhi : kamu abis minum-minum ya?
Aki : Iya tadi sama temen-temen. Kenapa bau ya?
Sofhi : Iya, bau minuman.
Aki : Aku abis minum-minum sama temen-temen aku, tadi tuh abis ngerayain hari ulang taun aku.
Sofhi : Oh.. hari ini kamu ulang taun..
Aki : Iya hari ini aku ulang taun lho.
Sofhi : Happy birthday yah..
Aki : Makasih..
Sofhi : Ulang taun yang ke berapa?
Aki : 21.
Sofhi : Loh.. sama dong ama aku.
Mereka pun terus berbincang dan sesekali melepas canda tawa. Usai bebersih di kamar mandi, mereka berdua kembali ke ranjang, duduk dan berpakaian sambil berbincang-bincang lagi.
Aki : Pacar kamu gak tau kalo kamu kerja disini?
Sofhi : (dengan nada yang rendah sambil merapikan pakaian) Dia nggak tau, aku bilang ke dia kalo aku kerja di Jakarta.
Aki : Oh..
Mereka sudah selesai berpakaian dan berkemas, namun seperti ada yang menahan Aki untuk tetap disitu, terduduk di pinggir ranjang di samping Sofhi, sejenak coba untuk diam dan mendengar.
Sofhi : Iya gitu. Ehmm.. aku udah tunangan lho (sambil tersenyum ke arah Aki dan memperlihatkan cincin tunangan yang ada di jari manisnya)
Aki : Oh.. kamu udah tunangan toh..
Sofhi : (matanya kedepan, menatap dengan kosong, seperti sedang membayangkan seseorang) Dia itu polisi.
Aki : Tunangan kamu polisi? Trus kamu ga takut apa kalo suatu saat nanti tiba-tiba dia dateng nge razia tempat ini?
Sofhi : (dengan sedikit menundukkan kepala) Ya itu udah jadi resiko aku kerja disini.
Aki : Hmmm gituu.. kamu hari ini kerja dari jam berapa? (sambil menatap wajah Sofhi)
Sofhi : Dari siang. Kenapa emang? (lalu menengok ke arah Aki). Aku keliatan capek banget yah? (masih dengan senyum sederhananya)
Aki : Abis ini kamu kerja lagi?
Sofhi : Iya.

[di gang di depan rumah itu]
Sofhi : Kenapa? Bingung ya keluarnya lewat mana?
Aki : Iya aku bingung.. Keluar gang nya lewat mana ya?
Sofhi lalu memberi tahu arah jalan pada Aki.
Aki : Makasih ya.. Daa..
Sofhi : Iya sama-sama (masih dengan senyumnya yang amat sederhana)
Lalu Aki berjalan menyusuri jalan yang telah ditunjukkan oleh Sofhi. Aki berjalan pelan dengan langkah yang sedikit ngacak sebab alkohol masih mempengaruhi otaknya, setidaknya sampai besok pagi. Langkah Aki di lorong gang diiringi dengan senyum Sofhi yang sederhana namun menyimpan jutaan makna. Saat itu Sofhi langsung berlalu bersamaan dengan angin tipis yang dingin yang berhembus di kota Bandung, malam itu.
_demon
020409djatinangor
11.48
Rabu, 25 Maret 2009
burung hantu jadi-jadian

Malam itu gw lagi nontonin anak-anak yang lagi asik main capsa, tiba-tiba Dika ngajak gw makan di Hipotesa dan kebetulan gw juga laper.
[Di ruang tengah]
"Mon. Makan yok, Mon", Dika ngajak gw makan.
"Ayok, makan dimana?", kata gw.
"Di Hipotesa aja", kata Dika lagi.
"Yaudah pinjem motor Cakra sana", gw nyuruh Dika minjem motor ke Cakra yang lagi ada di kamar.
"Pake motor Jung aja, Cakra nya udah tidur", kata Dika.
"Emang ada?", tanya gw ke Dika.
"Ada. Itu kuncinya di kamar Yogi [nunjuk ke arah kamar Yogi]", jawab Dika.
"Yaudah ambillah", kata gw algi.
Setelah itu Dika pergi ke kamar Yogi buat ngambil konci motornya si Jung.
"Yok", kata Dika yang udah keluar dari kamar Yogi dan udah ngambil konci motornya Jung.
"Ayok," jawab gw sambil berdiri dan bersiap-siap pergi makan.
Akhirnya kita berdua pergi ke ke Hipotesa untuk makan. Ga ada yang aneh di Hipotesa, abangnya yang biasa, makannya juga yang biasa dipesen, harganya pun biasa. Ga ada yang aneh. Setelah selesai makan, kita berdua ngerokok bentar abis itu baru balik lagi ke kosan.
[Di depan Hipotesa, pas mau balik]
"Dingin banget ga sih, Dik?", kata gw ke Dika sambil masukin tangan ke jaket.
"Elo enak pake jaket, nah gw pake kaos doang", jawab Dika sambil muter balik arah motor.
Akhirnya kita berdua jalan balik ke kosan. Dika yang bawa motornya. Pas abis tikungan, Dika ngajak gw lewat jalan yang ga biasa kita lewatin.
"Mon. Lewat sini yuk, Mon [sambil nunjuk ke arah gang kecil]", ajak Dika.
"Ah.. Ngapain?", tanya gw heran.
"Lewat kuburan, iseng aja", jawab Dika dengan santai dan langsung belokin motor kearah gang itu.
"Emang ada kuburan di situ, Dik?", tanya gw lagi.
"Ada. Emang lo ga tau?", kata Dika lagi.
"Ah sarap lo, Dik. Terserah lo sih, tapi perasaan gw ga enak dah, Dik. Gelap banget masalahnya", kata gw yang masih ngebonceng dibelakang.
"Selow aje", kata Dika yang masih santai.
Jalan yang kita lewatin itu gang yang lumayan sempit, jalannya rusak, gelap pula, jam 2 malem lagi kan. Hadeeeh... si Dika deh emang, ada-ada aja. Emang bener deh kata Dika, di jalan itu emang bener kita ngelewatin kuburan; di kiri jalan ada kuburan, di kanan ada pohon gede ama lapangan, jalannya gelep bener.
Kita berdua masih santai tuh ngobrol-ngobrol, sampe akhirnya kita berdua ngeliat burung hantu di pinggir jalan lagi diem aja, tepat di sebrang kuburan. Sesaat perbincangan kita berdua langsung terhenti tanpa dikomandoi dan kita tetep lewat sok-sok yang biasa aja. Pas kita lewat di sampingnya, burung hantu itu tetep diem aja, ga terbang kemana-mana. Sampe di depan kantor desa Cikeruh deket ujung gang, Dika baru membuka pembicaraan lagi.
[Di depan kantor desa Cikeruh]
"Dika," Mon."
"Gw", Apaan?"
"Burung hantu tadi, Mon", kata Dika dengan nada agak tinggi.
"Iya, lo liat juga, Dik?", jawab gw dengan nada yang lebih tinggi.
"Kita tangkep yok, Mon!!", kata Dika dengan semangat.
"Ayok, Dik!!", jawab gw lagi dengan lebih semangat lagi.
Sesaat Dika langsung memberhentikan motor di ujung gang di depan warung lotek di samping kantor desa dan siap-siap memutar balik arah motor. Tiba-tiba hati kita berdua seperti diisi oleh keraguan.
[Di depan warung lotek]
"Ah tapi serem juga, Mon. Gimana, Mon?", kata Dika sambil senyum-senyum ga jelas.
"Iya juga sih Dik, ntar pas kita tangkep brubah jadi kunti, kan ga enak tuh", kata gw sambil ketawa kecil.
"Kita balik ke kosan dulu aja apa? Kita cari massa", ajak Dika.
"Iye bener. Yaudah cepet cabut ke kosan", jawab gw dengan menggebu-gebu.
Dika+n+me.jpg)
Akhirnya kita berdua balik ke kosan yang jaraknya sekitar 200meter dari situ. Sesampainya di kosan, kita berdua ketemu Agi yang lagi ngobrol ama temennya di depan kamarnya.
[Di kosan]
Dika,"Gi, nangkep burung hantu yuk"
"Burung hantu? dimana?", jawab Agi dengan heran.
"Di sono", jawab Dika sambil nunjuk ke arah jalan.
Agi langsung bergegas ke luar ke arah jalanan. Sementara gw sibuk mencari ember.
"Ah mana? ga ada. Udah terbang kali", kata Agi lagi sambil clingak-clinguk di jalanan.
"Bukan di situ. Di sana deket kuburan", jawab Dika yang lagi mondar-mandir nyari cara buat nangkep burung hantu tadi.
"Dik, pake ember Dik", kata gw ke Dika.
"Iya bener. Cari Mon", kata Dika lagi.
Kita bertiga sibuk nyari ember di lantai satu, tapi ga ketemu embernya.
"Ahk.. kagak ada ember. Udah pake 'ini' aja", kata Dika.
Dika ngambil cone (pembatas yang biasa dipake buat pembatas jalan raya kalo lagi ada kecelakaan/perbaikan jalan. Itu lho, yang bentuknya kerucut yang warna orange).
"Hahaha.. yaudah pake itu aja deh", kata gw sambil ketawa.
"Yaudah yok", kata Dika sambil jalan keluar kosan.
"Ayok Gi", gw ngajak Agi.
"Ah nggak ah. Gw takut. Tar pas kita tangkep, dia bisa ngomong lagi 'jangan tangkep saya dong' gitu lagi", kata Agi sambil ketakutan dan bercanda-canda.
"Akh.. Kagak, kagak bakal. Gw kalo berdua Dika doang juga takut, makanya gw ngajak lo, kalo gw berdua berani sih udah gw tangkep daritadi", gw sedikit maksa si Agi.
"Jauh ga sih?", Agi masih mencoba berkelit.
"Dailah, kagak. Di situ doang tuh", jawab gw sambil nunjuk ke arah gang itu.
"Yaudah yuk", jawab Agi dengan pasrah.
Dengan gagah berani, kita bertiga jalan kaki nyamperin burung hantu tadi buat kita tangkep. Gw jalan paling depan, di belakang gw ada Dika yang udah siap dengan senjatanya, di belakang Dika ada si Agi yang udah buat jarak agak jauh, mungkin dia mau lari duluan kali kalo ada apa-apa.
Kita bertiga udah mulai masuk kedalem gang, pas udah ngelewatin kantor desa suasananya udah agak mencekam.
"Dik, mana Dik? Kayaknya tadi disini, kok ilang yah?", tanya gw ke Dika.
"Udah terbang kali Mon", kata Agi yang masih dalam posisi paling aman, dengan posisi paling belakang diantara kita.
"Bukan. Bukan disini, ke depan lagi", jawab Dika.
Kita terus menyisir jalanan yang gelap, dengan background di samping kiri kuburan, samping kanan lapangan ama pohon beringin gede. Akhirnya ketemu juga tuh burung hantu, kita bertiga mulai ngepung itu burung.
"Nah, itu dia Dik!!", kata gw semangat.
"Ah iya Mon. Tangkep Mon, tangkep!", jawab Dika lebih semangat.
"Kepung Dik!!", kata gw lagi.
"Iye udah nih. Tangkep buruan!", jawab Dika yang udah ancang-ancang pake senjatanya.
"Lumayan nih buat gw plihara. Buruan Mon!!", kata Dika lagi.
Suasananya masih gelep banget. Dengan perlahan-lahan, gw bersiap nangkep itu burung; semisalnya gw gagal, Dika juga udah siap nomprok dari belakang pake pembatas jalan yang tadi dia bawa; Agi juga udah siap buat kabur.
"Bismillahirohmanirrohim", kata gw yang udah berjarak satu jengkal itu burung.
GOUUUUSSSHRRAAAKK!!!!
piek-piiekk-peik-pieek...
"Huh??", kata gw heran.
"Ayam Mon.. Kabur Mon!!!", kata Dika.
Kita bertiga langsung lari sekenceng-kencengnya. Si Agi di depan lari paling kenceng sambil ngakak, disusul Dika yang ngakak juga sambil manggul pembatas jalan, gw paling belakang nih lari sambil ketawa ampe ngeces-ngeces. Sampe kosan kita bertiga ketawa ampe tebalik-balik ga kelar-kelar.
_demon250309