
Benang kusut, benang yang dikusutkan membuatku berpikir untuk mencari cara mengurainya. Kali pertama sempat terpikir untuk menggantinya dengan benang yang baru, sama sekali baru. Namun kemudian teruyak pemikiran, apakah benang baru itu serupa dengan benang itu ?, adakah ke-khas-an yang sama ?. Benang yang dijalin dari kapas yang dipanen para pengrajin kapas dari pohon yang disemai pupuk organik, atau yang disemai dengan pupuk sintesis ?, yang dipilin dengan pemilin sederhana ataukah dengan mekanisasi pabrik sekaliber AKSARA ?, yang dipasarkan dengan juluran kabel elektronika ataukah dari desau penjaja yang santun ?. Adakah benang itu terlalu panjang membentang ?.
Benang, ya benang !!!, dengan realitasnya sendiri, utuh, seru para empiris, benang apapun pasti memiliki satu jiwa benang yang sama, desir idealis. Walah, benangku yang kusut atau yang aku kusutkan sendiri takkan pernah sama dengan benang kusut lainnya. Sekalipun helaiannya tak sekokoh tali jangkar kapal, sekalipun warnanya tak sebersih sun-clean, sekalipun bentangannya tak sepanjang tali baja jembatan Manhaattan yang ambruk Agustus 2007 lalu, dialah benangku. Yang merebakkan cerita dari kusut masainya, ruwet-ngamprednya. Pilinannya langsung menghujam ke ulu hati setiap kali berada diantara ujung telunjuk dan jempolku. Menjalarkan getaran-getaran aneh ke seluruh nadi, lantas memompa jantung dan otak. Akan kuurai seruwet apapun, segetas apapun, spucat apapun. Tidak untuk menyokong kancingku, men-som lipatan celanaku. Hanya kuurai saja, menjadikannya seperti semula, untuk kemudian kujalin pada aliran vena dan arteri, semerah darah !!!.
nuzul
_djatinangor280608
Tidak ada komentar:
Posting Komentar